Sunday, March 27, 2016

Belajar Kembali Saling Sapa dan Mengucap Salam

Setiap episode kehidupan yang kita lalui pada dasarnya mengandung hikmah yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Adakalanya untuk menyerap hikmah tersebut, kita menyadari secara langsung tetapi kadang juga butuh perenungan lebih lanjut dan lebih jauh. Saya mencoba menyelami hikmah yang bisa diperoleh dari salah satu episode hidup saya setahun kemarin. Alhamdulillah, tahun lalu saya diberi kesempatan selama satu tahun untuk merasakan kehidupan di negeri sakura Jepang dalam rangka melanjutkan pendidikan. Ada banyak hal yang bisa dipelajari disana, bukan melulu soal kuliah di kampus, tapi juga pembelajaran hidup yang menurut ukuran saya, nilainya jauh lebih besar ketimbang pendidikan formal. Banyak hal yang bisa diambil dari pengalaman bersentuhan dengan budaya dan cara hidup orang Jepang. Bagi saya, ada satu kesimpulan yang cukup membuat kaget bagi saya pribadi, yaitu pola hidup mereka ternyata cukup islami juga. Anda boleh tidak sependapat dengan pemikiran saya,. Beberapa teman sempat berkelekar, andai saja semua orang Jepang memeluk agama Islam, tentu penghuni surga didominasi oleh orang Jepang. Banyak fakta yang bisa memperkuat argumen tersebut. Soal disiplin, etos kerja, tepat waktu, dan kebersihan merupakan beberapa contoh dari gaya hidup yang sangat mendasar bagi mereka. Dari sini sebenarnya sudah bisa terlihat bahwa mereka telah menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan mereka. Bukankah Islam sangat menekankan akan pentingnya disiplin dan kebersihan? Hal-hal seperti ini bolehlah disebut sebagai modal yang dimiliki orang Jepang untuk menjadi muslim taat seandainya mereka memeluk agama Islam. 
Ada satu hal yang ingin saya ceritakan lebih jauh disini mengenai salah satu budaya mereka yang bisa menjadi pembelajaran untuk introspeksi diri. Simpel sebenarnya, tapi ternyata hal simpel ini justru sudah banyak dilupakan (diabaikan?) oleh kita. Saya ingin bercerita mengenai keramahan orang Jepang. Mereka ternyata ramah banget, mungkin lebih ramah dari kita. Kebiasaan mereka untuk selalu menyapa kalau bertemu atau sekedar berpapasan cukup membuat saya kaget. Sejak pertama saya menjejakkan kaki di tanah samurai, hampir semua orang yang berpapasan dengan saya pasti menyapa, entah itu dibarengi senyuman atau cuma anggukan kepala; yang pasti mereka pasti menyempatkan diri untuk menyapa kita. Tidak peduli apakah tua atau muda pasti dengan mudah mereka akan saling menyapa, termasuk kepada orang asing seperti saya. Sekedar mengucapkan ohayou gozaimasu (selamat pagi) atau konnichiwa (selamat siang) sudah menjadi kebiasaan otomatis bagi mereka ketika berpapasan dengan orang lain. Lebih jauh lagi, ada sapaan yang membuat saya berkesan, otsukare samadesu (terima kasih atas kerja keras anda) sering diucapkan teman-teman satu apato dan sesame teman kampus ketika berpapasan. Betapa mereka begitu menghargai orang lain, walaupun kelihatannya kita tidak melakukan sesuatu apa pun. Betapa mereka saling menghormati orang lain. Malu? Jelas… sebagai orang Indonesia dan muslim saya merasa malu. Iri malah. Bagi saya ini seperti tamparan yang cukup keras untuk mengingatkan bahwa kebiasaan untuk menyapa dan mengucap salam ini sudah luntur di masyarakat kita. Indonesia yang katanya negeri yang ramah, orangnya saling bertegur sapa, sepertinya sudah tidak tampak lagi. Banyak diantara kita yang saling cuek tanpa saling mengucapkan salam ketika saling berpapasan. Sering saya lihat orang mulai sibuk dengan kepentingan mereka sendiri, sehingga cukup enggan untuk sekedar mengucap salam kepada orang lain. Yang lebih parah lagi, bahkan sekarang timbul gejala orang tidak mau menjawab ucapan salam dari orang lain. 
Sebagai seorang muslim, agama kita telah mengajarkan pentingnya saling mengucapkan salam. Kita punya ucapan salam tersendiri yang tentu lebih baik dibanding sekedar selamat pagi atau selamat siang. “Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,..” harusnya menjadi salam yang selalu terucap ketika kita bertemu orang lain, bukan hanya ketika memulai pidato keagamaan, menelepon orang atau mengetuk pintu saat bertamu ke rumah. Tentang keutamaan mengucapkan salam ini, dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan Bukhari sebagai berikut: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari no. 6236). Mari kita renungkan sabda Rasulullah SAW berikut ini, “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu mau jika aku tunjukkan pada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu!” (HR. Muslim). 
Saling mengucapkan salam memang terlihat seperti perkara yang mudah. Namun ternyata faktanya bicara lain, banyak orang yang sudah lupa akan hal ini.padahal menurut saya, saling mengucap salam ketika bertemu atau berpapasan dengan orang lain akan menjadi suatu cara untuk mempererat rasa persaudaraan diantara sesama muslim. Indah rasanya jika kita bisa melakukannya terus dalam keseharian kita. Mari kita belajar lagi agar kita bisa menjadi muslim yang lebih baik ke depannya.

sumber: http://www.kompasiana.com/ujangkosim/belajar-kembali-saling-sapa-dan-mengucap-salam_55a4c6544b7a611d156ec837

No comments:

Post a Comment