Wednesday, November 25, 2015

Kurikulum KTSP

2.1 Pengertian Kurikulum KTSP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi(SI), proses, kompetensi lulusan(SKL), tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP).

Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian, yaitu:
Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP.
Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.
Kurikulum KTSP memiliki beberapa landasan yang dijadikan acuan dalam pengembangannya, diantaranya yaitu: 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2). 
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20. 
Standar Isi (SI) 
SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. 
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 

SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

Pengembangan kurikulum KTSP mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari kurikulum KTSP ialah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan tujuan khusus dari kurikulum KTSP ialah: 
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. 
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 
Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentangkualitas pendidikan yang akan dicapai. 


2.2 Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum KTSP
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan masing-masing, tergantung pada situasi dan kondisi pada saat kurikulum diberlakukan. Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara lain: 
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. 
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan. 
KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup. 
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. 
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan. 
Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum. 
Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing. 
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar. 
Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya. 
Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. 
Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum. 
Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. 
Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa. 
Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual. 
Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik. 
Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar. 
Berpusat pada siswa. 
Menggunakan berbagai sumber belajar. 
kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangklan 

Selain dari kelebihan-kelebihan diatas, terdapat juga kekurangan dari kurikulum KTSP, diantaranya yaitu: 
Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah. 
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP . 
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan 
Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan profesi.

2.3 Pengembangan Kurikulum KTSP di Sekolah Dasar Swasta
Sebenarnya tidak terhitung banyaknya prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum pada jenjang pendidikan manapun biasanya dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip tertentu, prinsip yang dianut merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum itu. Pada dasarnya guru harus bisa menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang telah ditentukan oleh para pengambil keputusan, namun demikian khususnya pada tataran pelaksanaan kurikulum di sekolah, bisa juga diciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Karena itu selalu mungkin terjadi suatu kurikulum sekolah menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda dengan yang digunakan dalam kurikulum sekolah lainnya. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit dalam buku atau dokumen kurikulum sekolah. Implementasi dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut dapat dikaji atau dipelajari dalam keseluruhan isi buku kurikulum tersebut, dalam pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Sering terjadi implementasi prinsip-prinsip kurikulum itu sukar diidentifikasi, bahkan kadang-kadang yang nampak menonjol justru terjadinya peristiwa-peristiwa kurikuler yang menyimpang dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum itu. Penyimpangan tersebut dapat diakibatkan oleh banyak hal, seperti: 
Pencantuman prinsip-prinsip dalam buku kurikulum itu hanya bersifat proforma,artinya hanya sekadar menaati langkah-langkah pengembangan kurikulum atau untuk menimbulkan kesan bahwa suatu kurikulum mendukung nilai-nilai luhur tertentu, terutama yang bersifat politis atau ilmiah. 
Prinsip-prinsip tersebut tidak dihayati oleh para pengembang kurikulum, pelaksana kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak menunjukkan adanya kandungan nilai dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut. 
Situasi dan kondisi di tempat kurikulum itu dilaksanakan telah berkembang dan tidak mungkin menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu. 

Dalam kondisi seperti itu, suatu kurikulum dapat dikatakan tidak lagi mengemban fungsi yang sebenarnya, kurikulum itu berjalan secara semu. Memang demikianlah kenyataannya yang dialami oleh sejumlah kurikulum, apalagi bagi kurikulum yang telah lama sekali tidak direvisi. Setiap kurikulum harus didasarkan pada prinsip yang terbaik (excellence) agar setiap siswa dapat mencapai yang terbaik bagi diri dan lingkungannya. Tiap siswa harus berpegangan pada standar yang sesuai dengan kemampuannya baik pada aspek moral, etik, pengetahuan, ataupun aspek lainnya. Mengingat bahwa setiap siswa mempunyai bakat, minat dan motivasi yang berbeda, maka perbedaan itu perlu juga dipertimbangkan sehingga tidak hanya satu standar kualitas yang ditentukan untuk semuanya. Kaitannya dengan kebijakan, pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini diberlakukan diIndonesia, secara umum didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang tertera dalam UU No.20/2003 (pasal 36), yaitu bahwa:
(1) pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
(2) kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan siswa,
(3) kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan: (a) peningkaatan iman dan takwa, (b) peningkatan akhlak mulia, (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat siswa, (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan, (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional, (f) tuntutan dunia kerja, (g) perkembang-an IPTEK dan seni, (h) agama, (i) dinamika perkembangan global, dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Secara lebih khusus, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum sebagai berikut.
1. Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Siswa dan Lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa siswa memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi siswa disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik siswa, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar siswa untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.


7. Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Dalam pelaksanaannya, KTSP menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan siswa mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan siswa dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Adapun isi Kurikulum KTSP untuk masing-masing Mata pelajaran sebagai berikut: 

download isi kurikulum 1. Matematika 
download isi kurikulum 2. IPA 
download isi kurikulum 3. IPS 
download isi kurikulum 4. Bahasa Indonesia 
download isi kurikulum 5. PKn 
download isi kurikulum 6. Agama 
download isi kurikulum 7. Penjas 
download isi kurikulum 8. Bahasa Inggris 






Wednesday, November 18, 2015

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 10 KERAPA SEPAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Selviana Elis, Nelly Wedyawati, Dwi Cahyadi Wibowo
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina-Sengkuang, Sintang

Abstract: This research aims to improve student learning outcomes with the use of the demonstration method on the material changes in the environment. This study used qualitative methods, forms of class action research. This study was conducted in two cycles were implemented in the fourth grade with 20 students. The results of the data analysis showed improving student learning outcomes. The results obtained in the first cycle of learning classical completeness class is 70% and increased by 20% in the second cycle to 90%. Activity of students during the learning process using the method of demonstration is very good, it is seen from the percentage obtained from the observation sheet of students in the first cycle by 85% and increased in the second cycle to 94% and the observation of teachers in the first cycle of 84.61% and in second cycle has been implemented very well that is 100%. Recapitulation of the student questionnaire responses showed 89.8% and the figures are "very strong". Based on the results it can be concluded that the use of this demonstration method can improve student learning outcomes.

Keywords: demonstration method, natural science, learning outcomes

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan penggunaan metode demonstrasi pada materi perubahan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dua siklus yang dilaksanakan di kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Hasil analisis data menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Di siklus I diperoleh hasil belajar ketuntasan klasikal kelasnya adalah 70% dan meningkat 20% pada siklus II menjadi 90%. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi sangat baik, hal ini terlihat dari persentase yang diperoleh dari hasil lembar observasi siswa pada siklus I sebesar 85% dan meningkat di siklus II menjadi 94% dan observasi guru di siklus I sebesar 84,61% dan di siklus II sudah dilaksanakan dengan sangat baik yaitu 100%. Rekapitulasi hasil angket respon siswa menunjukkan angka 89,8% dan termasuk kategori “sangat kuat”. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Hasil Belajar, IPA


Abstrak ini termuat di dalam jurnal pendidikan dasar perkhasa memilki ISSN 2461-078X. 

Secara lengkap artikel ada di dalam jurnal ini. Daftar isi dan pedoman penulisan jurnal ilmiah ini dapat dilihat di https://drive.google.com/file/d/0B6ZftmSvg2vtek40SU5VZ0NfVkU/view?usp=sharing

Dapatkan dan miliki jurnal pendidikan dasar perkhasa baik versi cetak ataupun dalam bentuk e-book. Adapun harga jurnal ilmiah ini dalam bentuk cetak dijual seharga IDR 40000. Sedangkan dalam bentuk e-book dijual seharga IDR 30000. Untuk pembelian jurnal ilmiah ini dapat menghubungi +6285348486838/085750336945 atau dengan mengirim email pemesanan ke alamat email dwicahyadiwibowo@yahoo.co.id . 

Selanjutnya, perlu kami sampaikan pula bahwa pengurus jurnal pendidikan dasar perKhasa juga menampung artikel ilmiah bagi siapa saja yang ingin menerbitkan artikelnya ke dalam jurnal ini. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini berada dalam ranah kajian/ruang lingkup kajian di sekolah dasar atau tentang ke-SD-an. Tata cara penerbitan dapat menghubungi +6285348486838/085750336945 atau dengan mengirim artikel ke alamat email dwicahyadiwibowo@yahoo.co.id






Wednesday, October 28, 2015

KORELASI ANTARA HASIL BELAJAR SISWA SEMESTER AKHIR DENGAN HASIL UJIAN AKHIR NASIONAL SISWA KELAS VI SD NEGERI 13 SUNGAI KAWAT

Dwi Cahyadi Wibowo
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina Sengkuang Sintang Kalimantan Barat

Abstract: A common problem in this research is "How is the correlation between student learning outcomes in the final semester of classes VI to the national final exam results that have been obtained in 13 River Wire Elementary School?". The goal in this study is to describe: (1) the average results of students' final semester in class VI Elementary School 13 River Wire, (2) the average results of the national final examination that has been obtained in SD Negeri 13 River Wire, and ( 3) the correlation between student learning outcomes in the final semester of classes VI to the national final exam results that have been obtained in 13 River Wire Elementary School. The approach of this research is an ex post facto research using quantitative research approach has the form of research bermetode descriptive correlation study. The study population as well as samples in this study were 13 primary school students Wire river amounted to 50 people. The independent variable in this study is the final school exam results and the dependent variable in this study is the result of the national final exam. Data collection techniques using documentary study with data collection tools in the form of documents or records used the collective value list school exam results and the results of the national exams of the school year 2014/2015. The data analysis technique used is the average of the analysis data and analysis of product moment correlation. Results of the study were obtained as follows: (1) the average results of students' final semester at 67.72. (2) The average of the results of the national final exams at 66.26 and (3) there is a correlation between student learning outcomes in the final semester of classes VI to the national final exam results already obtained six graders Wire Rivers State 13 with r calculate> r table = 0.503> 0.279. It can be concluded that there is a correlation between the results of students' final semester in class VI with the results of the national final examination which has been obtained by students of class VI at State Elementary School 13 River Wire belongs to the category "Medium".

Keywords: Learning Outcomes, School Final Examination, National Final Examination

Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana korelasi antara hasil belajar siswa semester akhir di kelas VI dengan hasil ujian akhir nasional yang sudah diperoleh pada SD Negeri 13 Sungai Kawat?”. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan: (1) rata-rata hasil belajar siswa semester akhir di kelas VI SD Negeri 13 Sungai Kawat, (2) rata-rata hasil ujian akhir nasional yang sudah diperoleh pada SD Negeri 13 Sungai Kawat, dan (3) korelasi antara hasil belajar siswa semester akhir di kelas VI dengan hasil ujian akhir nasional yang sudah diperoleh pada SD Negeri 13 Sungai Kawat. Pendekatan penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian expost facto menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif bermetode deskriptif memiliki bentuk penelitian studi korelasi. Populasi penelitian sekaligus sebagai sampel penelitian dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri 13 Sungai Kawat berjumlah 50 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil ujian akhir sekolah dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil ujian akhir nasional. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumenter dengan alat pengumpulan data berupa dokumen atau arsip yang digunakan yakni daftar nilai kolektif hasil ujian sekolah dan hasil ujian nasional tahun ajaran 2014/2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis rata-rata data dan analisis korelasi product moment. Hasil penelitian yang didapat sebagai berikut (1) rata-rata hasil belajar siswa semester akhir sebesar 67,72. (2) rata-rata hasil ujian akhir nasional sebesar 66,26 dan (3) terdapat korelasi antara hasil belajar siswa semester akhir di kelas VI dengan hasil ujian akhir nasional yang sudah diperoleh siswa kelas VI SD Negeri 13 Sungai Kawat dengan rhitung > rtabel = 0,503 > 0,279. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara antara hasil belajar siswa semester akhir di kelas VI dengan hasil ujian akhir nasional yang sudah diperoleh siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri 13 Sungai Kawat termasuk kategori “Sedang”.

Kata kunci: Hasil Belajar, Ujian Akhir Sekolah, Ujian Akhir Nasional

Online journal system http://103.53.197.207/ojs/index.php/voxedukasistkip/article/view/39

Artikel jurnal selengkapnya dapat diunduh di https://drive.google.com/file/d/0B6ZftmSvg2vtTDFrckZwQ0pwdXM/view?usp=sharing

Sunday, September 27, 2015

Metode Ceramah

Dwi Cahyadi Wibowo, dkk
A. Pengertian Metode Ceramah
Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar, karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.
Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat menimbulkan kegiatan belajar pada anak itu.
Guru secara terus menerus membimbing anak untuk berpartisipasi secara aktif dan tekun mengikuti pengajaran secara sukarela. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan oleh guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan ada kesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun pengalaman yang akan datang.
Metode ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak digunakan dalam prosesbelajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan cara lisan. Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik.
Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh dikatakan sebagai metode pengajaran tradisional karena sejak dulu metode ini digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar disekolah.
Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau metode ceramah.
Metode ceramah itu sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :
1. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik formal maupun informal.
2. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
3. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa.
Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.

B. Definisi Ceramah Menurut Para Ahli
1. Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
2. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
3. Metode ceramah menurut Wina Sanjaya (2006: 147) mengemukakan bahwa “Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.” Metode ceramah merupakan cara untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
4. Menurut Suryono
Metode ceramah adalah Penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya
5. Menurut Roestiyah N.K
Metode ceramah adalah Suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.
Dengan berbagai macam pendapat yang penulis paparkan di atas, maka setelah dianalisa dengan baik dan seksama maka pada dasarnya pengertian itu sama, yaitu penulis mengambil kesimpulan bahwa metode ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.
Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak digunakan, hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Kalau bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Siswa-siswa memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan.

C. Kekurangan Metode Ceramah
1. Berikut kekurangan dari metode ceramah yaitu :
Adapun kekurangan metode ceramah diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang.
b. Metode ceramah kurang memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya.
c. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh indera pendengar.
d. Metode ceramah kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil.

2. Kekurangan metode ceramah menurut pendapat para ahli :
Metode ceramah juga memiliki beberapa kelemahan sebagaimana yang dijelaskan oleh beberapa para ahli :
a. Wina Sanjaya (2006: 148) sebagai berikut:
1) Materi yang dikuasai siswa dari hasil ceramah akan terbatas pada yang dikuasai guru
2) Meramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme
3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan;
4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

b. Hisyam, Bermawy, Sekar (2008: 93) mengemukakan kekurangan metode ceramah sebagai berikut.
1) Membosankan;
2) Siswa tidak aktif;
3) Infomasi hanya satu arah;
4) Kurang melekat pada ingatan siswa;
5) Kurang terkendali, baik waktu maupun materi;
6) Monoton;
7) Tidak menggembanggkan kreativitas siswa;
8) Menjadikan siswa hanya sebagai objek didik;
9) Tidak merangsang siswa untuk membaca.

D. Kelebihan Metode Ceramah
1. Berikut kelebihan dari metode ceramah yaitu :
a. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
b. Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
c. Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
d. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat terlaksananya pelajaran dengan ceramah.

2. Kelebihan metode ceramah menurut pendapat para ahli yaitu :
Dari bermacam-macan metode pembelajaran yang ada, setiap metode pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut ini akan diuraikan mengenai kelebihan metode ceramah.
a. Menurut Wina Sanjaya (2006: 148) beberapa kelebihan metode ceramah diantaranya:
1) ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, murah maksudnya ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap, sedangkan mudah karena ceramah hanya mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan persiapan yang rumit;
2) ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, artinya materi pelajaran yang banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya saja oleh guru;
3) ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;
4) melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, karena kelas merupakan tanggung jawab guru yang ceramah;
5) organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.

b. Hisyam, Bermawy, Sekar (2008: 91) mengemukakan kelebihan metode ceramah sebagai berikut.
1) praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan;
2) efisien dari sisi waktu dan biaya;
3) dapat menyampaikan materi yang banyak;
4) mendorong guru menguasai materi;
5) lebih mudah mengkontrol kelas;
6) siswa tidak pelu persiapan;
7) siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.

E. Langkah-Langkah yang Perlu Dilakukan oleh Guru dalam Menerapkan Metode Ceramah
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah metode ceramah paling populer dikalangan para pendidik. Sebelum metode lain yang dipakai untuk mengajar, metode ceramah yang paling dulu digunakan, hanya bagaimana menggunakan metode ceramah yang efektif dan efisien. Oleh karena itu disarankan agar para pendidik dapat mengikuti langkah-langkah penggunaan metode ceramah di bawah ini:
1. Melakukan pendahuluan sebelum bahan baru diberikan dengan cara sebagai berikut:
a) Menjelaskan tujuan lebih dulu kepada peserta didik dengan maksud agar peserta didik mengetahui arah kegiatannya dalam belajar, bahkan tujuan itu dapat membangkitkan motivasi belajar jika bertalian dengan kebutuhan mereka.
b) Setelah itu baru dikemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik melihat luasnya bahan pelajaran yang akan dipelajarinya.
c) Memancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang akan dipelajarinya. Caranya ialah dengan pertanyaan-pertanyaan yang menarik perhatian mereka.

2. Menyajikan bahan baru dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran harus tetap terpelihara. Semangat mengajar memberi bantuan sepenuhnya dalam memelihara perhatian peserta didik kepada pelajarannya.
b) Menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak berbelit-belit dan tidak meloncat-loncat.
c) Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif, jangan membiarkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan, tetapi berilah kesempatan untuk berpikir dan berbuat. Misalnya pelatihan mengerjakan tugas, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, atau melihat peragaan.
d) Memberi ulangan pelajaran kepada response, jawaban yang salah dan benar perlu ditanggapi sebaik-baiknya.
e) Membangkitkan motivasi belajar secara terus menerus selama perjalanan berlangsung. Motivasi belajar akan selalu tumbuh jika sesuatu belajar menyenangkan.
f) Menggunakan media pelajaran yang variatif, yang sesuai dengan tujuan pelajaran.

3. Menutup pelajaran pada akhir pelajaran. Kegiatan perlu diperhatikan pada penutupan itu adalah sebagai berikut:
a) Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan, dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru.
b) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan terutama mengenai hubungan dengan pelajaran lain.
c) Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku.
Dalam memberikan suatu ceramah seharusnya menggunakan gaya percakapan yang antusias, dan ceramah juga harus disampaikan dengan suara yang cukup nyaring. Banyak guru yang berbicara terlalu lemah, sehingga kelas gaduh. Hal ini dapat menimbulkan frustasi pada siswa yang tidak pandai menangkap arti kata-kata yang di ucapkan oleh guru.
Bahaya lain yang tersembunyi yaitu kecenderungan guru-guru yang biasa menggunakan bahasa yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu. Ini sering dilakukan untuk menunjukan bahwa mereka cerdas, berpendidikan tinggi. Padahal sebenarnya sebagian besar dari mereka tidak memahaminya. Seharusnya jika ingin menggunakan kata-kata baru, terlebih dahulu seorang guru harus memberikan definisinya.
Teknik lain yaitu menggunakan gerakan badan, karena banyak guru dalam pelaksanaan mengajar hanya terpaku di mejanya. Mereka tidak pernah berjalan-jalan diantara tempat duduk siswanya. Penceramah seharusnya bebas bergerak, dengan demikian, ia dapat menarik perhatian siswa-siswanya (seperti sasaran yang bergerak), disamping dapat juga mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh siswa-siswanya.
Selanjutnya, begitu memulai pelajaran tataplah muka para siswa adakanlah kontak mata, mereka akan lebih tertarik bila melihat gurunya memberikan perhatian kepada mereka. Selain itu perlu juga dihindarkan kebiasaan-kebiasaan bicara yang kiranya dapat mengganggu mereka. Karena bila digunakan secara berlebihan sudah pasti sangat merugikan. Nada suara yang monoton pun dapat membelokan perhatian terhadap materi pelajaran.

Dapat didownload di https://drive.google.com/folderview?id=0B6ZftmSvg2vtZFNLQVkxX21JR28&usp=sharing

Video simulasi metode dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=WWLaFW3Uow4



#metode ceramah #pendidikan #pembelajaran #stkip #keguruan #pgsd #metode #ceramah #video #stkip persada khatulistiwa


-------------------------------------------------------------------------------------------------
DUKUNG PROGRAM AMAL








Monday, September 21, 2015

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Strategi Belajar Mengajar Sekolah Dasar Tahun Akademik 2015/2016

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Nama Perguruan Tinggi
:
Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persada Khatulistiwa, Sintang Kal-Bar
Program Studi
:
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Mata Kuliah
:
Strategi Belajar Mengajar Sekolah Dasar
Kode Mata Kuliah
:
MKB-D02
Semester
:
III
Bobot SKS
:
3 SKS
Jurusan/Konsentrasi
:
-
Dosen
:
Dwi Cahyadi Wibowo, M. Pd
Alokasi Waktu
:
1 x tatap muka (3 x 50 Menit)
Pertemuan ke
:
II

Kompetensi Inti:
1.      Menjelaskan hakikat dan hubungan/ perbedaan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.          
Kompetensi Dasar:
1.      Menjelaskan hakikat dan hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.

Indikator:
1.      Menjelaskan pengertian strategi pembelajaran.
2.      Menjelaskan pengertian pendekatan pembelajaran.
3.      Menjelaskan pengertian metode pembelajaran.
4.      Menjelaskan pengertian teknik pembelajaran.
5.      Menjelaskan pengertian model pembelajaran.
6.      Menjelaskan hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran:
1.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang pengertian strategi pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian strategi pembelajaran.
2.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang pengertian pendekatan pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pendekatan pembelajaran.
3.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang pengertian metode pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian metode pembelajaran.
4.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang pengertian teknik pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian teknik pembelajaran.
5.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang pengertian model pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian model pembelajaran.
6.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.
7.      Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab tentang hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran, mahasiswa dapat membuat skema hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.

Karakter Siswa yang Diharapkan:
Bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi, rasa ingin tahu yang tinggi, dan kreatif.

A.    Materi Pembelajaran:
1           Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran berbeda dengan strategi atau metode dalam pembelajaran. Sanjaya (2008:127) mengemukakan pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Sejalan dengan Sanjaya, Abimanyu juga menyampaikan pandangannya tentang pendekatan. Menurut Abimanyu (2008:2-4) pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan dan objek kajian pembelajaran. Pendekatan bersangkutan dengan cara-cara umum dalam menyikapi suatu masalah sehingga dapat mencari pemecahannya.  Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Student-centered Approach (SCA) adalah pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan agar siswa belajar. Dalam konsep ini yang penting adalah belajarnya siswa. Yang penting dalam mengajar adalah mengubah perilaku. Dalam konteks ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Bisa terjadi guru hanya beberapa menit saja di muka kelas, namun waktu yang sangat singkat itu membuat siswa sibuk melakukan proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.
Dalam SCA, mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh oleh siswa itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik yang harus dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru yang menentukan tetapi juga siswa. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri. Dengan demikian peran guru berubah dari sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. Tujuan utama mengajar adalah untuk membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejjauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, melainkan diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar tapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa tidak dipandang sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan minat, bakatnya, dan kemampuan yang dimikinya. Oleh sebab itu materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa.
Ciri kedua: siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, siswa tidak dianggap sebagi organisme yang pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang memiliki potensi dan kemampuan.
Ciri ketiga, proses pembelajaran berlangsung dimana saja. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhuhan dan sifat materi pelajaran. Ketika siswa akan belajar tentang fungsi pasar misalnya, maka pasar itu sendiri merupakan tempat belajar siswa.
Ciri terakhir, pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode.
Teacher-centered approach (TCA) adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008:96). Cara pandang bahwa pembelajaran (mengajar) sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan ini memili beberapa ciri sebagai berikut.
Pertama memakai pendekatan berpusat pada guru atau teacher-centered approach. Dalam TCA gurulah yang harus menjadi pusat dalam KBM. Dalam TCA, guru memegang peran sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa? Apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung guru. Bahkan seorang guru di TCA memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan (yang benar itu seperti yang dikatakan guru). Oleh karena begitu pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada pembelajaran apabila tidak ada guru.
Sehubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai evaluator.
Selain guru sebagai pusat yang menentukan segalanya dalam pembelajaran, ciri lain adalah siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Ciri yang ketiga adalah kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya tempat yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa duduk di bangku berjejer, dan guru didepan kelas. Demikian juga hanya dalam waktu yang diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu materi tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti bagian-bagian yang terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan lainnya.
Ciri keempat, tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejuah mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri merupakan pengelaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis, kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus dikuasai siswa. Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.
2           Strategi Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Pada awalnya strategi digunakan dalam bidang kemiliteran. Strategi diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Strategi berasal dari kata  strategos (Yunani) yang mengandung makna perwira atau jendral yang merencanakan suatu siasat untuk mencapai kemenangan. Saat ini penggunaan kata srategi tidak hanya dalam bidang militer tetapi digunakan  juga di bidang  pendidikan. Pada dasarnya strategi pembelajaran merupakan konsep yang multidimensi dalam arti dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Abimanyu (2008:2-2) strategi pembelajaran adalah keputusan bertindak secara sreategis dalam memodifikasi dan menyelesaikan komponen-komponen system instruksional untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran. Sementara itu, J. R David (Sanjaya, 2008:126) menyebutkan bahwa “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dari segi pengaturan guru dan siswa, klasifikasi dapat didasarkan atas (a)pengaturan guru, (b) hubungan guru-siswa,  dan (c) pengaturan siswa. Dari segi  pengaturan guru, dapat dibedakan atas (i) strategi pembelajaran dengan/oleh  seorang guru, dan (ii) strategi pembelajaran dengan/oleh team teaching. Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan atas (i) strategi pembelajaran tatap muka yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam satu ruangan/kelas dengan  komunikasi/interaksi pembelajaran  yang berlangsung secara face-to-face communication. dan (ii) strategi pembelajaran jarak jauh yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa tidak berada dalam satu ruangan/kelas sehingga komunikasi/interaksi pembelajaran berlangsung melalui penggunaan media/teklnologi pembelajaran sebagai perantara. Kegiatan mengajar yang Anda lakukan di sekolah/kelas Anda selama ini adalah contoh dari pembelajaran tatap muka, sementara kegiatan-kegiatan perkuliahan yang Anda ikuti dalam rangka program pendidikan jarak jauh ini adalah contoh pembelajaran jarak jauh. Selanjutnya dari segi  pengaturan siswa, dapat dibedakan atas (i) strategi pembelajaran individual, yaitu pembelajaran yang diorganisir secara individual dengan orientasi pemberian kesempatan kepada setiap siswa secara individual untuk belajar sesuai dengan kemampuan sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan potensi/kemampuan setiap individu secara optimal,  (ii) strategi pembelajaran kelompok kecil yaitu pembelajaran dimana siswa-siwa diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil, besarnya 2-7 orang untuk mendiskusikan dan/atau  mengerjakan topik/tugas-tugas yang diperhadapkan kepada mereka, dan (iii) strategi pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran dimana sejumlah siswa yang diasumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama dikumpulkan dalam satu kelas, kemudian diajar oleh seorang guru dengan menggunakan format pembelajaran yang sama untuk seluruh murid dalam kelas.
Dari segi  pengolahan  pesan, klasifikasi dapat didasarkan atas (a) peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, dan (b) proses pengolahan pesan. Dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas (i) strategi ekspositorik dan (ii) strategi heuristik.  Strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran yang  lebih berorientasi pada guru dalam arti semua pesan pembelajaran (yang diharapkan untuk dikuasai oleh murid) telah diolah dalam bentuk barang jadi oleh guru untuk selanjutnya disampaikan kepada murid. Guru aktif memberi penjelasan aatau informasi secara terperinci tentang bahan pengajaran dengan tujuan utama memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik ini adalah penyusun program  pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas, pembimbing siswa dalam memperoleh informasi/pesan, dan penilai pemerolehan informasi, sementara  siswa lebih berperan sebagai pencari/penerima informasi/pesan belajar, pemakai media/sumber belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diperhadapkan kepadanya. Dalam pada itu,  strategi heuristik  merupakan strategi pembelajaran yang menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan belajar (tujuan pembelajaran). Strategi ini lebih berpusat pada siswa (student-centre) dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir kritis dan memecahkan masalah dari para siswa. Dalam strategi heuristik,  peranan guru adalah menciptakan suasana berpikir sehingga murid berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah, dan sebagai pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah, sementara  peranan siswa  adalah mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan masalah, serta penemu pemecahan masalah.
Dari segi proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas (i) strategi deduktif, dan strategi induktif. Strategi deduktif  adalah strategi pembelajaran  dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khgusus. Pada garis besarnya, strategi pembelajaran deduktif meliputi langkah-langkah (a) guru mengemukakan generalisasi, (b) penjelasan konsep-konsep, dan (c) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Dalam pada itu, strategi induktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke hal-hal yang bersifat umum. Langkah-langkah pembelajaran strategi induktif, pada garis besarnya terdiri atas (a) pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus, (b) penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, dan (c) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar pada umumnya dirumuskan hipotesis, (d) terapan generalisasi pada data baru atau hipoptesis, dan (e) penarikan kesimpulan lanjut.
Dari segi strutur peristiwa belajar-mengajar, strategi pembelajaran dibedakan atas (i) strategi yang bersifat tertutup, dan (ii) strategi yang bersifat terbuka. Pada  strategi pembelajaran tertutup,  semua komponen pembelajaran seperti penentuan tujuan, materi/media/sumber-sumber belajar serta prosedur/langkah-langkah  pembelajaran yang akan ditempuh/dilaksanakan di kelas, semuanya telah dirancang/dilakukan secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswa.. Dalam pada itu, pada  strategi pembelajaran terbuka  siswa diberi peluang/kesempatan untuk memberikan urunan dalam merancang/ menentukan komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan prosedur/langkah-langkah pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung.  
Dari segi  tujuan belajar, Robert Gagne (1984) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar)  sesuai   dengan   tujuan-tujuan belajar  yang  ingin dicapai. Dalam hal ini, Gagne memengemukakan adanya 5 jenis tujuan/hasil belajar, yaitu (a) verbal information (informasi verbal)  yaitu kemampuan untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali secara verbal pengetahuan ataukah informasi yang telah dimilikinya dalam arti bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan tertentu berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa (baik lisan maupun tertulis yang memadai) sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain,  (b) intelectual skills (kecakapan intelektual) menunjuk kepada kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya asendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Cakupan dari kecakapan intelektual ini meliputi kecakapan yang sangat sederhana sampai kepada kemampuan yang bersifat kompleks sesuai kapasitas intelektual yang dimilki seseorang. Kecakapan intelektual ini terdiri atas 4 sub kemampuan yang bersifat hierarkhi, yaitu: diskriminasi, konsep, kaidah, dan prinsip  (c) cognitive strategies (strategi kognitif)  menunjuk pada kemampuan mengatur cara/proses belajar dan mengelola/mengorganisir proses berpikir dalam arti yang seluas-luasnya. Seseorang yang memiliki strategi kognitif yang baik akan jauh lebih efisien dan efektif dalam mempergunakan semua konsep dan  kaidah yang dimilikinya dibandingkan  dengan seseorang yang tidak berkemampuan demikian. Strategi kognitif ini oleh Ruthkopf dinamakan “mathemagenic activities“, oleh Skinner dinamakan “self management behavior“, dan oleh penganut teori pemrosesan informasi dinamakan “executive control processes“,  (d) motor skills (keterampilan motorik menunjuk kepada kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani yang dikemudikan oleh sistem saraf disertai koordinasi yang memadai antara kerja otak dan proses psikologis yang mengatur gerak itu dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara berbagai anggota badan secara terpadu  , dan (e) attitudes (sikap dan nilai) menunjuk kepada kemampuan internal yang sangat berperan dalam menentukan dan mengambil suatu tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.
3           Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dalam proses pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Santyasa (2007:7) juga menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intended to help students achieve a learning objective. Sejalan dengan pendapat Santyasa, model pembelajaran menurut Abimanyu (2008:2-6) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks pembelajaran yang menggambarkan keseluruhan urutan alur proses atau kegiatan pembelajaran. Sintaks model pembelajaran menunjukkan dengan jelas langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran sangat perlu memperhatikan karakteristik siswa, lingkungan belajar, dan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran.
Model pembelajaran menurut Joyce & Weill (2000) memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1) sintaks, (2) sistem sosial, (3) prinsip reaksi, (4) sistem pendukung, dan (5) dampak instruksional dan pengiring.
Sintaks ialah tahap-tahap kegiatan dari model itu. Sistem sosial ialah pola interaksi yang terjadi di antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru. Apakah iklim kelas demokratis atau otoriter, kegiatan kelompok atau individual, bagaimana cara pemecahan masalah yang timbul dalam kelas. Prinsip reaksi ialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap mereka. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model. Sistem pendukung ialah segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Dampak instruksional ialah hasil belajar yang dapat dicapai dengan cara mengarahkan para siswa untuk mencapai kompetensi  yang diharapkan. Dampak pengiring (nurturant effect) ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari guru. Joyce dan Weil (2000) menambahkan  bahwa dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai  atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran, sementara dampak pengiring adalah hasil belajar sampingan (iringan) yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu.
Selanjutnya berdasarkan karakteristik dari setiap model pembelajaran tersebut, Joyce dan Weil mengklasifikasi model-model pembelajaran kedalam empat rumpun model, yaitu :
1.      Rumpun Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Models).
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini bertolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya serta  pengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Kelompok model ini menekankan pada peserta didik agar memilih kemampuan untuk  memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil  dalam belajar adalah yang memiliki kemampuan dalam memproses informasi.
Dalam rumpun model pembelajaran ini terdapat 7 model pembelajaran, yaitu :
a.  Pencapaian Konsep (Concept Attainment)
b.  Berpikir induktif (InductiveThinking)
c.  Latihan Penelitian (Inquiry Training)
d.  Pemandu Awal (Advance Organizer)
e.  Memorisasi (Memorization)
f.  Pengembangan Intelek (Developing Intelect)
g.  Penelitian Ilmiah (Scientic Inquiry)
2.      Rumpun Model Personal (Personal Models)
  Rumpun model personal bertolak dari pandangan kedirian atau selfhood dari individu. Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat memahami diri sendiri dengan baik , sanggup  memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai  kualitas hidup yang lebih baik. Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian  yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.  Dalam rumpun model personal ini terdapat 4 model pembelajaran, yaitu :
a.  Pengajaran Tanpa Arahan (Non Directive Teaching)     
b.  Model Sinektik (Synectics Model)
c.  Latihan Kesadaran (Awareness Training)
d.  Pertemuan Kelas (Classroom Meeting)
3.      Rumpun Model Interaksi Sosial (Social Models)
Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa. Model pembelajaran rumpun interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu (a) masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara  build-in dan terus menerus.
Dalam rumpun model interaksi sosial ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu :
a.  Investigasi Kelompok (Group Investigation)
b.  Bermain Peran (Role Playing)
c.  Penelitian Yurisprudensial (Jurisprudential UInquiry)
d.  Latihan Laboratoris (Laboratory Training)
e.  Penelitian Ilmu Sosial
4.      Rumpun Model Sistem Perilaku (Behavioral Systems)
Rumpun model system perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulalsi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikaksikan keberhasilan.
Dalam rumpun model sistem perilaku ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu :
a.    Belajar Tuntas (Mastery Learning)
b.    Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
c.    Belajar Kontrol Diri (Learning Self Control)
d.   Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training for Skill and Concept Development)
e.    Latihan Assertif (Assertive Training).
4           Metode Pembelajaran
Metode secara sederhana dapat diartikan sebagai cara. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, (Purwadarminta, 1984:649) “metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”. Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas yang luas yaitu sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Knowles (dalam Sudjana, 2005:14) menyatakan bahwa “method the organization of the prospective  participants for purposes of education”. Dengan kata lain metode yang dimaksud adalah pengorganisasian peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Abimanyu mengenai metode pembelajaran. Abimanyu (2008:2-6) berpendapat bahwa “metode adalah cara atau jalan yang digunakan dalam menyajikan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5           Teknik Pembelajaran
Teknik dapat diartikan secara luas, namun dalam bidang pendidikan teknik dapat diartikan sebagai cara menerapkan metode pembelajaran. Teknik merupakan penjabaran mengenai suatu metode. Sanjaya (2008:127)  menjelaskan bahwa teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam melaksakan metode. Taktik sendiri sering disamakan dengan teknik. Taktik merupakan gaya yang diguanakan seseorang dalam melaksanakan metode pembelajaran. Morris (dalam Sudjana, 2005:13) menyebutkan bahwa “the systemic procedure by which a complex or scientific task is accomplished, or the degree of skill or command of fundamentals exhibited in any performance”. Pada dasarnya teknik yang dimaksud adalah prosedur yang sistematis yang sistematis sebagai petunjuk dalam melaksanakan suatu pekerjaan, keterampilan dalam suatu penampilan. Teknik juga dapat diartikan sebagai ragam khas penerapan suatu metode dengan latar penerapan tertentu (Abimanyu,2008:2-6).
6           Hubungan Pendekatan, Strategi, Model, Metode dan Teknik Pembelajaran
Istilah pendekatan dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya termasuk di dalamnya ada metode, strategi dan pendekatan yang digunakan. Pendekatan (approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung sejumlah komponen yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Komparabilitas antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini.
Tabel Komparabilitas antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran
No
Term Pembelajaran
Sisi Komparabilitas
1
Pendekatan pembelajaran
Lebih merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
2
Strategi pembelajaran
Lebih bersifat konseptual untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
3
Metode pembelajaran
Menekankan pada cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4
Teknik pembelajaran
Lebih mengarah pada implementasi metode secara spesifik dan teknis.
5
Taktik pembelajaran
Lebih mengarah pada gaya mengajar seorang guru  yang bersifat personal. Di sini bertemu antara ilmu (mengajar) dan seni.
6
Model pembelajaran
Bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

Posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut.
 












Gambar Posisi hierarki antara pendekatan, strategi, model, metode, teknik pembelajaran.

B.     Metode Pembelajaran:
Adapun metode pembelajaran yang digunakan yakni:
1.      Diskusi kelompok,
2.      Penugasan,
3.      Ceramah, dan
4.      Tanya jawab.

C.    Kegiatan Pembelajaran :
1.      Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
  1. Doa, salam, absen, dan pengkondisian kelas.
  2. Appersepsi (mahasiswa ditanyakan dengan istilah-istilah dalam pembelajaran yang sering ditemui kemudian diarahkan untuk mengetahui strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran).
  3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
  4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2.      Kegiatan Inti (110 menit)
  1. Eksplorasi
1)      Mahasiswa mengeksplorasi hal-hal yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
2)      Membagi mahasiswa dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 mahasiswa.
3)      Mahasiswa diberikan soal/masalah untuk didiskusikan.
  1. Elaborasi
1)      Mahasiswa diminta mendiskusikan penyelesaian soal dan diberikan waktu beberapa menit dan dosen mengawasi jalannya diskusi.
2)      Mahasiswa menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
  1. Konfirmasi
1)      Mahasiswa diberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilannya.
2)      Mahasiswa diberikan konfirmasi dan penjelasan oleh dosen mengenai soal yang diberikan.
3)      Mahasiswa diminta melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4)      Mahasiswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif diberikan motivasi.
3.      Kegiatan Penutup (30 menit)
1)      Mahasiswa bersama dosen membuat rangkuman/simpulan materi.
2)      Dosen memberikan evaluasi dan mahasiswa mengerjakannya dengan rentang waktu yang telah ditentukan.
3)      Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
4)      Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik jika diperlukan.
5)      Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan mahasiswa diminta mengulangi dan belajar kembali materi yang sudah dipelajari, serta mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya sesuai silabus yakni metode ceramah.

D.    Penilaian
Teknik Penilaian dan Bentuk Penilaian
Teknik penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.    Teknik penilaian tertulis dalam bentuk uraian objektif (essai).
2.    Teknik penilaian sikap dalam bentuk observasi perilaku.

1.    Penilaian Hasil
Instrumen Penilaian
Jawablah pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!
1)      Jelaskan pengertian strategi pembelajaran !
2)      Jelaskan pengertian pendekatan pembelajaran !
3)      Jelaskan pengertian metode pembelajaran !
4)      Jelaskan pengertian teknik pembelajaran !
5)      Jelaskan pengertian model pembelajaran !
6)      Jelaskan dan berikan skema hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran !

Kunci Jawaban
1)      Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
2)      Pendekatan pembelajaran adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
3)      Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4)      Teknik pembelajaran adalah cara menerapkan metode pembelajaran.
5)      Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dalam proses pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
6)      Komparabilitas antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran sebagai berikut:

No
Term Pembelajaran
Sisi Komparabilitas
1
Pendekatan pembelajaran
Lebih merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
2
Strategi pembelajaran
Lebih bersifat konseptual untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
3
Metode pembelajaran
Menekankan pada cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4
Teknik pembelajaran
Lebih mengarah pada implementasi metode secara spesifik dan teknis.
5
Taktik pembelajaran
Lebih mengarah pada gaya mengajar seorang guru  yang bersifat personal. Di sini bertemu antara ilmu (mengajar) dan seni.
6
Model pembelajaran
Bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

Posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut.








 












Gambar Posisi hierarki antara pendekatan, strategi, model, metode, teknik pembelajaran.

Pedoman Penilaian
1.    Jika benar bernilai 15
2.    Jika benar bernilai 15
3.    Jika benar bernilai 15
4.    Jika benar bernilai 15
5.    Jika benar bernilai 15
6.    Jika benar bernilai 25 (Jika benar skema 10, benar penjelasan 15)

Penilaian berdasarkan PAP
Konversi nilai =  x 100





2.    Penilaian Proses
Lembar Penilaian Proses
Nama Mahasiswa
Aspek yang Dinilai
Total Skor
Bersahabat/ komunikatif
menghargai prestasi
rasa ingin tahu
kreatif

























Kriteria Penilaian:
90-100             = A = Baik sekali
80-89               = B = Baik
70-79               = C = Cukup
69 ke bawah    = D = kurang

Konversi nilai =  x 100

Sumber Belajar :
1.    Alat
a.    LCD Proyektor
b.    Laptop
c.    Powerpoin materi
d.   Handout

2.    Sumber belajar
a.    Dharma, Surya. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
b.    Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
c.    Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
d.   Djanali, Supeno. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran. Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Menyetujui
Ketua Prodi PGSD
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang





Imanuel Sairo Awang, S. Si., M. Pd.
NIDN. 1125118502
Sintang, 30 Agustus 2015

Dosen Pengampu Mata Kuliah





Dwi Cahyadi Wibowo, M. Pd.
NIDN. 1126108901
Mengetahui
Ketua STKIP Persada Khatulistiwa Sintang





Drs. Rafael Suban Beding, M. Si.
NIDN. 1125055502