RENCANA
PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Nama
Perguruan Tinggi
|
:
|
Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persada Khatulistiwa,
Sintang Kal-Bar
|
Program
Studi
|
:
|
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
|
Mata
Kuliah
|
:
|
Strategi Belajar Mengajar Sekolah Dasar
|
Kode
Mata Kuliah
|
:
|
MKB-D02
|
Semester
|
:
|
III
|
Bobot
SKS
|
:
|
3 SKS
|
Jurusan/Konsentrasi
|
:
|
-
|
Dosen
|
:
|
Dwi Cahyadi Wibowo, M. Pd
|
Alokasi
Waktu
|
:
|
1 x tatap muka (3 x 50 Menit)
|
Pertemuan
ke
|
:
|
II
|
Kompetensi Inti:
1.
Menjelaskan hakikat dan hubungan/ perbedaan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.
Kompetensi
Dasar:
1. Menjelaskan
hakikat dan hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.
Indikator:
1.
Menjelaskan pengertian strategi
pembelajaran.
2.
Menjelaskan pengertian pendekatan
pembelajaran.
3.
Menjelaskan pengertian metode
pembelajaran.
4.
Menjelaskan pengertian teknik
pembelajaran.
5.
Menjelaskan pengertian model
pembelajaran.
6.
Menjelaskan hubungan strategi
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran, dan model pembelajaran.
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang pengertian strategi pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian strategi pembelajaran.
2.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang pengertian pendekatan pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian pendekatan pembelajaran.
3.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang pengertian metode pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian metode pembelajaran.
4.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang pengertian teknik pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian teknik pembelajaran.
5.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang pengertian model pembelajaran, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian model pembelajaran.
6.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran, mahasiswa
dapat menjelaskan hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.
7.
Melalui penugasan, diskusi kelompok, dan
tanya jawab tentang hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran, mahasiswa
dapat membuat skema hubungan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.
Karakter
Siswa yang Diharapkan:
Bersahabat/komunikatif, menghargai
prestasi, rasa ingin tahu yang tinggi, dan kreatif.
A.
Materi
Pembelajaran:
1
Pendekatan
Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran berbeda dengan
strategi atau metode dalam pembelajaran. Sanjaya
(2008:127) mengemukakan pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Sejalan
dengan Sanjaya, Abimanyu juga menyampaikan pandangannya tentang pendekatan.
Menurut Abimanyu (2008:2-4) pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan dan objek kajian pembelajaran. Pendekatan bersangkutan dengan
cara-cara umum dalam menyikapi suatu masalah sehingga dapat mencari
pemecahannya. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
Student-centered
Approach (SCA) adalah pendekatan yang didasarkan pada
pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan
harapan agar siswa belajar. Dalam konsep ini yang penting adalah belajarnya
siswa. Yang penting dalam mengajar adalah mengubah perilaku. Dalam konteks ini
mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan,
tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Bisa terjadi guru hanya
beberapa menit saja di muka kelas, namun waktu yang sangat singkat itu membuat
siswa sibuk melakukan proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.
Dalam SCA, mengajar
tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh oleh
siswa itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik yang harus dipelajari,
bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru yang menentukan tetapi juga
siswa. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri.
Dengan demikian peran guru berubah dari sebagai sumber belajar menjadi peran
sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu
siswa untuk belajar. Tujuan utama mengajar adalah untuk membelajarkan siswa.
Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejjauh
mana siswa telah menguasai materi pelajaran, melainkan diukur dari sejauh mana
siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tak lagi berperan
hanya sebagai sumber belajar tapi berperan sebagai orang yang membimbing dan
memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses
pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa tidak dipandang sebagai objek belajar
yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan
sebagai subjek yang belajar sesuai dengan minat, bakatnya, dan kemampuan yang
dimikinya. Oleh sebab itu materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi
memperhatikan setiap perbedaan siswa.
Ciri kedua: siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses mengajar sebagai proses mengatur
lingkungan, siswa tidak dianggap sebagi organisme yang pasif yang hanya sebagai
penerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang
memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang memiliki potensi
dan kemampuan.
Ciri ketiga, proses
pembelajaran berlangsung dimana saja. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran
yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran dapat terjadi di mana
saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat
memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhuhan dan sifat materi
pelajaran. Ketika siswa akan belajar tentang fungsi pasar misalnya, maka pasar
itu sendiri merupakan tempat belajar siswa.
Ciri terakhir,
pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan. Tujuan pembelajaran bukanlah
penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku
siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan
materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya
sebagai tujuan antara untuk pembentukan perilaku siswa itu sendiri. Untuk
itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode
ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode.
Teacher-centered
approach (TCA) adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar
pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan
(Smith, dalam Sanjaya, 2008:96). Cara pandang bahwa pembelajaran (mengajar)
sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan ini memili
beberapa ciri sebagai berikut.
Pertama memakai
pendekatan berpusat pada guru atau teacher-centered
approach. Dalam TCA gurulah yang harus menjadi pusat dalam KBM. Dalam TCA,
guru memegang peran sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan
siswa? Apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung guru. Bahkan seorang
guru di TCA memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan (yang benar itu
seperti yang dikatakan guru). Oleh karena begitu pentingnya peran guru, maka
biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak
mungkin ada pembelajaran apabila tidak ada guru.
Sehubungan dengan
pembelajaran yang berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus
dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan
sebagai evaluator.
Selain guru sebagai
pusat yang menentukan segalanya dalam pembelajaran, ciri lain adalah siswa
ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif,
yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran
siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa
adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan
keterampilan kadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi
berangkat dari pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar,
kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan
minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas.
Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Ciri yang ketiga adalah
kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Misalnya dengan
penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah
didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya tempat yang telah
ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa duduk di bangku
berjejer, dan guru didepan kelas. Demikian juga hanya dalam waktu yang diatur
sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu materi tertentu telah habis,
maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti bagian-bagian yang terpisah,
seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan lainnya.
Ciri keempat, tujuan
utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses
pengajaran diukur dari sejuah mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang
disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang
bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Sedangkan mata
pelajaran itu sendiri merupakan pengelaman-pengalaman manusia masa lalu yang
disusun secara sistematis dan logis, kemudian diuraikan dalam buku-buku
pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus dikuasai siswa. Kadang-kadang
siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan tersebut. Oleh karena
kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat
evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan
secara periodik.
2
Strategi
Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Pada awalnya strategi digunakan
dalam bidang kemiliteran. Strategi diartikan sebagai cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Strategi berasal dari kata strategos (Yunani) yang mengandung makna
perwira atau jendral yang merencanakan suatu siasat untuk mencapai kemenangan.
Saat ini penggunaan kata srategi tidak hanya dalam bidang militer tetapi
digunakan juga di bidang pendidikan. Pada dasarnya strategi
pembelajaran merupakan konsep yang multidimensi dalam arti dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Menurut Abimanyu (2008:2-2) strategi pembelajaran
adalah keputusan bertindak secara sreategis dalam memodifikasi dan
menyelesaikan komponen-komponen system instruksional untuk lebih mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Sementara itu, J. R David (Sanjaya, 2008:126)
menyebutkan bahwa “a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal”.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dari segi pengaturan guru dan siswa, klasifikasi
dapat didasarkan atas (a)pengaturan guru, (b) hubungan guru-siswa, dan (c) pengaturan siswa. Dari segi pengaturan guru, dapat dibedakan atas (i)
strategi pembelajaran dengan/oleh
seorang guru, dan (ii) strategi pembelajaran dengan/oleh team teaching.
Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan atas (i) strategi pembelajaran
tatap muka yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam satu ruangan/kelas
dengan komunikasi/interaksi
pembelajaran yang berlangsung secara face-to-face communication. dan (ii)
strategi pembelajaran jarak jauh yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa tidak
berada dalam satu ruangan/kelas sehingga komunikasi/interaksi pembelajaran
berlangsung melalui penggunaan media/teklnologi pembelajaran sebagai perantara.
Kegiatan mengajar yang Anda lakukan di sekolah/kelas Anda selama ini adalah
contoh dari pembelajaran tatap muka, sementara kegiatan-kegiatan perkuliahan
yang Anda ikuti dalam rangka program pendidikan jarak jauh ini adalah contoh
pembelajaran jarak jauh. Selanjutnya dari segi
pengaturan siswa, dapat dibedakan atas (i) strategi pembelajaran
individual, yaitu pembelajaran yang diorganisir secara individual dengan
orientasi pemberian kesempatan kepada setiap siswa secara individual untuk
belajar sesuai dengan kemampuan sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi/kemampuan setiap individu secara optimal, (ii) strategi pembelajaran kelompok kecil
yaitu pembelajaran dimana siswa-siwa diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil,
besarnya 2-7 orang untuk mendiskusikan dan/atau
mengerjakan topik/tugas-tugas yang diperhadapkan kepada mereka, dan
(iii) strategi pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran dimana sejumlah siswa
yang diasumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama dikumpulkan
dalam satu kelas, kemudian diajar oleh seorang guru dengan menggunakan format
pembelajaran yang sama untuk seluruh murid dalam kelas.
Dari segi
pengolahan pesan, klasifikasi
dapat didasarkan atas (a) peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, dan (b)
proses pengolahan pesan. Dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan,
strategi pembelajaran dibedakan atas (i) strategi ekspositorik dan (ii)
strategi heuristik. Strategi
ekspositorik merupakan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru dalam arti semua
pesan pembelajaran (yang diharapkan untuk dikuasai oleh murid) telah diolah
dalam bentuk barang jadi oleh guru untuk selanjutnya disampaikan kepada murid.
Guru aktif memberi penjelasan aatau informasi secara terperinci tentang bahan
pengajaran dengan tujuan utama memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai kepada siswa. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik
ini adalah penyusun program
pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas,
pembimbing siswa dalam memperoleh informasi/pesan, dan penilai pemerolehan
informasi, sementara siswa lebih
berperan sebagai pencari/penerima informasi/pesan belajar, pemakai media/sumber
belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diperhadapkan kepadanya. Dalam pada
itu, strategi heuristik merupakan strategi pembelajaran yang
menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan
belajar (tujuan pembelajaran). Strategi ini lebih berpusat pada siswa (student-centre) dan bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir kritis dan memecahkan masalah
dari para siswa. Dalam strategi heuristik,
peranan guru adalah menciptakan suasana berpikir sehingga murid berani
bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai fasilitator dalam
pembelajaran dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa dalam klasifikasi dan
pencarian alternatif pemecahan masalah, dan sebagai pembimbing penelitian,
pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah,
sementara peranan siswa adalah mengambil prakarsa dalam pencarian
masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian,
penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan masalah, serta penemu pemecahan
masalah.
Dari segi proses pengolahan pesan, strategi
pembelajaran dibedakan atas (i) strategi deduktif, dan strategi induktif.
Strategi deduktif adalah strategi
pembelajaran dengan proses pengolahan
pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang
bersifat khgusus. Pada garis besarnya, strategi pembelajaran deduktif meliputi
langkah-langkah (a) guru mengemukakan generalisasi, (b) penjelasan
konsep-konsep, dan (c) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Dalam pada
itu, strategi induktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan
pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke hal-hal yang
bersifat umum. Langkah-langkah pembelajaran strategi induktif, pada garis
besarnya terdiri atas (a) pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus, (b)
penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, dan (c) penyusunan generalisasi
berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar pada umumnya
dirumuskan hipotesis, (d) terapan generalisasi pada data baru atau hipoptesis,
dan (e) penarikan kesimpulan lanjut.
Dari segi strutur peristiwa belajar-mengajar,
strategi pembelajaran dibedakan atas (i) strategi yang bersifat tertutup, dan
(ii) strategi yang bersifat terbuka. Pada
strategi pembelajaran tertutup,
semua komponen pembelajaran seperti penentuan tujuan,
materi/media/sumber-sumber belajar serta prosedur/langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh/dilaksanakan
di kelas, semuanya telah dirancang/dilakukan secara ketat oleh guru tanpa
melibatkan siswa.. Dalam pada itu, pada
strategi pembelajaran terbuka
siswa diberi peluang/kesempatan untuk memberikan urunan dalam merancang/
menentukan komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan
prosedur/langkah-langkah pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung.
Dari segi
tujuan belajar, Robert Gagne (1984) mengelompokkan kondisi-kondisi
belajar (sistem lingkungan belajar)
sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang
ingin dicapai. Dalam hal ini, Gagne memengemukakan adanya 5 jenis
tujuan/hasil belajar, yaitu (a) verbal
information (informasi verbal) yaitu
kemampuan untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali secara verbal pengetahuan
ataukah informasi yang telah dimilikinya dalam arti bahwa seseorang yang telah
memiliki pengetahuan tertentu berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu
dalam bentuk bahasa (baik lisan maupun tertulis yang memadai) sehingga dapat
dikomunikasikan kepada orang lain, (b) intelectual skills (kecakapan
intelektual) menunjuk kepada kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya asendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep
dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Cakupan dari
kecakapan intelektual ini meliputi kecakapan yang sangat sederhana sampai
kepada kemampuan yang bersifat kompleks sesuai kapasitas intelektual yang
dimilki seseorang. Kecakapan intelektual ini terdiri atas 4 sub kemampuan yang
bersifat hierarkhi, yaitu: diskriminasi, konsep, kaidah, dan prinsip (c) cognitive
strategies (strategi kognitif)
menunjuk pada kemampuan mengatur cara/proses belajar dan
mengelola/mengorganisir proses berpikir dalam arti yang seluas-luasnya.
Seseorang yang memiliki strategi kognitif yang baik akan jauh lebih efisien dan
efektif dalam mempergunakan semua konsep dan
kaidah yang dimilikinya dibandingkan
dengan seseorang yang tidak berkemampuan demikian. Strategi kognitif ini
oleh Ruthkopf dinamakan “mathemagenic activities“, oleh Skinner dinamakan “self
management behavior“, dan oleh penganut teori pemrosesan informasi dinamakan
“executive control processes“, (d) motor skills (keterampilan motorik
menunjuk kepada kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani yang
dikemudikan oleh sistem saraf disertai koordinasi yang memadai antara kerja
otak dan proses psikologis yang mengatur gerak itu dalam urutan tertentu dengan
mengadakan koordinasi antara berbagai anggota badan secara terpadu , dan (e) attitudes
(sikap dan nilai) menunjuk kepada kemampuan internal yang sangat berperan
dalam menentukan dan mengambil suatu tindakan, lebih-lebih bila terbuka
berbagai kemungkinan untuk bertindak.
3
Model
Pembelajaran
Model pembelajaran
adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dalam proses pembelajaran yang
disajikan secara khas oleh guru di kelas. Santyasa (2007:7) juga menyatakan
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif
sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a
method for delivering instruction that is intended to help students achieve a
learning objective. Sejalan dengan
pendapat Santyasa, model
pembelajaran menurut Abimanyu (2008:2-6) adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
suatu strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran mencakup
suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran dapat
berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks pembelajaran yang menggambarkan
keseluruhan urutan alur proses atau kegiatan pembelajaran. Sintaks model
pembelajaran menunjukkan dengan jelas langkah-langkah apa yang perlu dilakukan
oleh guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Dengan demikian, Setiap model pembelajaran memerlukan
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Oleh karena itu
pemilihan model pembelajaran sangat perlu memperhatikan karakteristik siswa,
lingkungan belajar, dan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran.
Model pembelajaran menurut Joyce & Weill (2000) memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1)
sintaks, (2) sistem sosial, (3) prinsip reaksi, (4) sistem pendukung, dan (5)
dampak instruksional dan pengiring.
Sintaks ialah tahap-tahap kegiatan dari model itu. Sistem sosial ialah pola interaksi yang terjadi di antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru. Apakah iklim kelas demokratis atau otoriter,
kegiatan kelompok atau individual, bagaimana cara pemecahan masalah yang timbul
dalam kelas. Prinsip reaksi
ialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan
memperlakukan siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon
terhadap mereka. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru
menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model. Sistem pendukung ialah segala sarana,
bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Dampak instruksional ialah hasil
belajar yang dapat dicapai dengan cara mengarahkan para siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Dampak pengiring (nurturant effect)
ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar,
sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para
siswa tanpa pengarahan langsung dari guru. Joyce dan Weil (2000)
menambahkan bahwa dampak instruksional
adalah hasil belajar yang dicapai atau
yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran, sementara dampak pengiring
adalah hasil belajar sampingan (iringan) yang dicapai sebagai akibat dari
penggunaan model pembelajaran tertentu.
Selanjutnya berdasarkan karakteristik dari setiap model pembelajaran
tersebut, Joyce dan Weil mengklasifikasi model-model pembelajaran kedalam empat
rumpun model, yaitu :
1.
Rumpun
Model Pengolahan Informasi (The
Information Processing Models).
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini bertolak dari
prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat
dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan
cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan
mengupayakan jalan keluarnya serta
pengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Kelompok model ini
menekankan pada peserta didik agar memilih kemampuan untuk memproses informasi sehingga peserta didik
yang berhasil dalam belajar adalah yang
memiliki kemampuan dalam memproses informasi.
Dalam rumpun model pembelajaran ini terdapat 7 model pembelajaran, yaitu :
a. Pencapaian Konsep (Concept Attainment)
b. Berpikir induktif (InductiveThinking)
c. Latihan Penelitian (Inquiry Training)
d. Pemandu Awal (Advance Organizer)
e. Memorisasi (Memorization)
f. Pengembangan Intelek (Developing Intelect)
g. Penelitian Ilmiah (Scientic Inquiry)
2.
Rumpun
Model Personal (Personal Models)
Rumpun model personal bertolak dari
pandangan kedirian atau selfhood dari
individu. Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang
dapat memahami diri sendiri dengan baik , sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan lebih
kreatif untuk mencapai kualitas hidup
yang lebih baik. Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini
lebih memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha
menggalakkan kemandirian yang produktif
sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas
tujuannya. Dalam rumpun model personal
ini terdapat 4 model pembelajaran, yaitu :
a. Pengajaran Tanpa Arahan (Non Directive Teaching)
b. Model Sinektik (Synectics Model)
c. Latihan Kesadaran (Awareness Training)
d. Pertemuan Kelas (Classroom Meeting)
3.
Rumpun
Model Interaksi Sosial (Social Models)
Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa. Model pembelajaran rumpun
interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu (a) masalah-masalah
sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui
kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan menggunakan
proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan
untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus.
Dalam rumpun model interaksi sosial ini terdapat 5 model pembelajaran,
yaitu :
a. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
b. Bermain Peran (Role Playing)
c. Penelitian Yurisprudensial (Jurisprudential UInquiry)
d. Latihan Laboratoris (Laboratory Training)
e. Penelitian Ilmu Sosial
4.
Rumpun
Model Sistem Perilaku (Behavioral Systems)
Rumpun model system perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan
belajar yang memungkinkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang
memungkinkan manipulalsi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku
yang dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang
terobservasi dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka
mengkomunikaksikan keberhasilan.
Dalam rumpun model sistem perilaku ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu
:
a.
Belajar
Tuntas (Mastery Learning)
b.
Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction)
c.
Belajar
Kontrol Diri (Learning Self Control)
d.
Latihan
Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training
for Skill and Concept Development)
e.
Latihan
Assertif (Assertive Training).
4
Metode
Pembelajaran
Metode secara sederhana
dapat diartikan sebagai cara. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, (Purwadarminta, 1984:649) “metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.
Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan
materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas
yang luas yaitu sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk
mengelola kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar untuk mencapai
tujuan belajar secara tepat. Knowles (dalam Sudjana, 2005:14) menyatakan bahwa “method the organization of the
prospective participants for purposes of
education”. Dengan kata lain metode yang dimaksud adalah pengorganisasian
peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tidak jauh
berbeda dengan pendapat Abimanyu mengenai metode pembelajaran. Abimanyu (2008:2-6)
berpendapat bahwa “metode adalah cara atau jalan yang digunakan dalam
menyajikan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
5
Teknik
Pembelajaran
Teknik dapat diartikan
secara luas, namun dalam bidang pendidikan teknik dapat diartikan sebagai cara
menerapkan metode pembelajaran. Teknik merupakan penjabaran mengenai suatu
metode. Sanjaya (2008:127) menjelaskan
bahwa teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam melaksakan metode.
Taktik sendiri sering disamakan dengan teknik. Taktik merupakan gaya yang
diguanakan seseorang dalam melaksanakan metode pembelajaran. Morris (dalam
Sudjana, 2005:13) menyebutkan bahwa “the
systemic procedure by which a complex or scientific task is accomplished, or
the degree of skill or command of fundamentals exhibited in any performance”. Pada
dasarnya teknik yang dimaksud adalah prosedur yang sistematis yang sistematis
sebagai petunjuk dalam melaksanakan suatu pekerjaan, keterampilan dalam suatu
penampilan. Teknik juga dapat diartikan sebagai ragam khas penerapan suatu
metode dengan latar penerapan tertentu (Abimanyu,2008:2-6).
6
Hubungan
Pendekatan, Strategi, Model, Metode dan Teknik Pembelajaran
Istilah pendekatan dan
strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya termasuk di dalamnya
ada metode, strategi dan pendekatan yang digunakan. Pendekatan (approach) dapat dipandang sebagai suatu
rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau
prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas
prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan
yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan
atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung sejumlah komponen yaitu
tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan
prinsip-prinsip.
Apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Komparabilitas antara pendekatan, strategi, metode, teknik,
taktik, dan model pembelajaran dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini.
Tabel Komparabilitas
antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran
No
|
Term Pembelajaran
|
Sisi Komparabilitas
|
1
|
Pendekatan pembelajaran
|
Lebih
merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran
yang sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
|
2
|
Strategi pembelajaran
|
Lebih
bersifat konseptual untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
|
3
|
Metode pembelajaran
|
Menekankan
pada cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
|
4
|
Teknik pembelajaran
|
Lebih
mengarah pada implementasi metode secara spesifik dan teknis.
|
5
|
Taktik pembelajaran
|
Lebih
mengarah pada gaya mengajar seorang guru yang bersifat personal. Di
sini bertemu antara ilmu (mengajar) dan seni.
|
6
|
Model pembelajaran
|
Bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik
pembelajaran.
|
Posisi hierarkis
dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut.
Gambar Posisi
hierarki antara pendekatan, strategi, model, metode, teknik pembelajaran.
B.
Metode
Pembelajaran:
Adapun metode pembelajaran yang
digunakan yakni:
1.
Diskusi kelompok,
2.
Penugasan,
3.
Ceramah, dan
4.
Tanya jawab.
C.
Kegiatan
Pembelajaran :
1. Kegiatan Pendahuluan
(10 menit)
- Doa, salam, absen, dan pengkondisian
kelas.
- Appersepsi (mahasiswa ditanyakan dengan
istilah-istilah dalam pembelajaran yang sering ditemui kemudian diarahkan
untuk mengetahui strategi pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model
pembelajaran).
- Menjelaskan tujuan
pembelajaran yang
akan dicapai.
- Menyampaikan cakupan
materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti (110 menit)
- Eksplorasi
1)
Mahasiswa
mengeksplorasi hal-hal yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
2)
Membagi mahasiswa
dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 mahasiswa.
3)
Mahasiswa
diberikan soal/masalah untuk didiskusikan.
- Elaborasi
1)
Mahasiswa
diminta mendiskusikan penyelesaian soal dan diberikan waktu beberapa menit dan dosen
mengawasi jalannya diskusi.
2)
Mahasiswa
menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
- Konfirmasi
1)
Mahasiswa
diberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilannya.
2)
Mahasiswa
diberikan konfirmasi dan
penjelasan oleh dosen mengenai soal yang diberikan.
3)
Mahasiswa
diminta melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4) Mahasiswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif diberikan motivasi.
3. Kegiatan Penutup (30 menit)
1)
Mahasiswa bersama dosen membuat rangkuman/simpulan materi.
2)
Dosen
memberikan evaluasi dan mahasiswa mengerjakannya dengan rentang waktu yang
telah ditentukan.
3)
Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
4)
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik jika diperlukan.
5)
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya dan mahasiswa
diminta mengulangi dan belajar kembali materi yang sudah dipelajari, serta mempelajari
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya sesuai silabus yakni metode ceramah.
D.
Penilaian
Teknik Penilaian dan Bentuk Penilaian
Teknik penilaian
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Teknik penilaian tertulis dalam
bentuk uraian objektif (essai).
2.
Teknik penilaian sikap dalam bentuk
observasi perilaku.
1. Penilaian
Hasil
Instrumen Penilaian
Jawablah pertanyaan berikut dengan jawaban
yang benar!
1) Jelaskan
pengertian strategi pembelajaran !
2) Jelaskan
pengertian pendekatan pembelajaran !
3) Jelaskan
pengertian metode pembelajaran !
4) Jelaskan
pengertian teknik pembelajaran !
5) Jelaskan
pengertian model pembelajaran !
6)
Jelaskan dan berikan skema hubungan
strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran, dan model pembelajaran !
Kunci Jawaban
1) Strategi
pembelajaran adalah perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu
2) Pendekatan
pembelajaran adalah sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
3) Metode
pembelajaran adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Teknik
pembelajaran adalah cara
menerapkan metode pembelajaran.
5) Model
pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dalam proses pembelajaran yang disajikan secara
khas oleh guru di kelas.
6) Komparabilitas antara pendekatan,
strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran sebagai berikut:
No
|
Term Pembelajaran
|
Sisi Komparabilitas
|
1
|
Pendekatan pembelajaran
|
Lebih
merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran
yang sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
|
2
|
Strategi pembelajaran
|
Lebih
bersifat konseptual untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
|
3
|
Metode pembelajaran
|
Menekankan
pada cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
|
4
|
Teknik pembelajaran
|
Lebih
mengarah pada implementasi metode secara spesifik dan teknis.
|
5
|
Taktik pembelajaran
|
Lebih
mengarah pada gaya mengajar seorang guru yang bersifat personal. Di
sini bertemu antara ilmu (mengajar) dan seni.
|
6
|
Model pembelajaran
|
Bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik
pembelajaran.
|
Posisi hierarkis
dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut.
Gambar Posisi
hierarki antara pendekatan, strategi, model, metode, teknik pembelajaran.
Pedoman Penilaian
1.
Jika benar bernilai 15
2.
Jika benar bernilai 15
3.
Jika benar bernilai 15
4.
Jika benar bernilai 15
5.
Jika benar bernilai 15
6.
Jika benar bernilai 25 (Jika benar
skema 10, benar penjelasan 15)
Penilaian berdasarkan PAP
Konversi nilai =
x 100
2.
Penilaian
Proses
Lembar Penilaian Proses
Nama Mahasiswa
|
Aspek yang Dinilai
|
Total Skor
|
Bersahabat/ komunikatif
|
menghargai prestasi
|
rasa ingin tahu
|
kreatif
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kriteria Penilaian:
90-100 = A = Baik sekali
80-89 = B = Baik
70-79 = C = Cukup
69 ke bawah = D = kurang
Konversi nilai =
x 100
Sumber Belajar :
1.
Alat
a.
LCD Proyektor
b.
Laptop
c.
Powerpoin materi
d.
Handout
2.
Sumber belajar
a.
Dharma, Surya.
2008. Strategi Pembelajaran dan
Pemilihannya. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional.
b.
Abimanyu,
Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran 3
SKS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
c.
Hairuddin,
dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
d.
Djanali,
Supeno. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran.
Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Menyetujui
Ketua Prodi PGSD
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang
Imanuel Sairo Awang, S. Si., M. Pd.
NIDN. 1125118502
|
Sintang, 30 Agustus 2015
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Dwi Cahyadi Wibowo, M. Pd.
NIDN. 1126108901
|
Mengetahui
Ketua STKIP Persada Khatulistiwa Sintang
Drs. Rafael Suban Beding, M. Si.
NIDN. 1125055502
|