Suatu kewajaran untuk setiap pelayan masyarakat
mendapatkan suatu kritikan. Tidak terkecuali untuk profesi dosen. Dosen sebagai
manusia biasa tentulah juga memiliki kekurangan-kekurangan dalam memberikan
pelayanan terutama di dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam ranah kepuasan
semua mahasiswa di dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen,
keunikan yang terdapat pada diri mahasiswa antara yang satu dengan yang lainnya,
menjadi sebab terjadinya ketidakmungkinan menjangkau kepuasan semua mahasiswa. Sehingga
seorang dosen perlu arif dan bijak dalam menerima kritik/saran yang diberikan
mahasiswa. Dalam hal keterbukaan terhadap kritik ini, saya cukup sering
menanggapi kritik/saran dengan cara menerima kritik/saran dengan apa adanya, yang
kemudian lebih memilih untuk merefleksi diri terhadap kritik/saran yang
disampaikan dengan memikirkan hal apa yang bisa saya lakukan untuk menjadi
lebih baik lagi, memperbaiki apa yang kurang dengan lapang dada, serta
mengucapkan terima kasih untuk kritik/saran yang disampaikan oleh mahasiswa
tentang pelaksanaan pembelajaran yang saya laksanakan. Untuk lebih jelasnya, adapun
contoh nyata keterbukaan terhadap kritik yang telah saya lakukan yaitu mengenai
masalah nilai mahasiswa, saya sangat terbuka untuk memperlihatkan perhitungan
nilai berdasarkan kehadiran, tugas-tugas, hasil ujian tengah semester dan hasil
ujian akhir semester. Selain masalah nilai, saya pernah meminta mahasiswa pada
akhir pertemuan untuk memberikan kritik/saran terhadap pembelajaran yang saya
laksanakan dengan menuliskan kritik/saran pada selembar kertas yang kemudian
dikumpulkan. Kritik/saran tersebut, saya jadikan bahan pertimbangan/perbaikan
untuk pembelajaran-pembelajaran yang saya laksanakan selanjutnya.
Saluran Dwi Cahyadi Wibowo
Monday, August 15, 2016
Isian Sertifikasi Dosen Tentang Keterbukaan Terhadap Kritik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment