Friday, May 23, 2014

aspek-aspek keterampilan dalam pendidikan bahasa

Dwi Cahyadi Wibowo, dkk

A.  Hakikat Keterampilan Bahasa
Keterampilan bahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Dalam berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan orang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Dipihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberikan makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan orang lain.
Dalam mengirimkan pesan, antara lain si pengirim harus memiliki keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima harus memiliki keteramplilan dalam melakukan proses decoding.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain tergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara, guru, dan wartawan.
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa Indoneia yaitu mendengar (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif. Untuk menguasai keempat jenis keterampilan berbahasa tersebut seseorang harus menguasai sejumlah keterampilan mikro.
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif sedangkan


mendengarkan bersifat reseptif. Dua jenis keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menulis dan membaca. Keduanya merupakan jenis keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca bersifat reseptif.
Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa, keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif. Dalam suatu peristiwa komunikasi sering kali beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.

B.  Aspek Keterampilan Bahasa
Keterampilan bahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut.
  1. Keterampilan menyimak (listening skills)
  2. Keterampilan berbicara (speaking skills)
  3. Keterampilan membaca (reading skills)
  4. Keterampilan menulis (writing skills)
Keempat keterampilan bahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.
  Tabel 1: Empat Aspek Keterampilan Bahasa
Ciri-ciri
Lisan
Tulisan
Reseptif
Mendengarkan
Membaca
Produktif
Berbicara
Menulis

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah. Keempat aspek keterampilan bahasa berhubungan satu sama lain.
1. Keterampilan menyimak (listening skills)
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:
  1. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory);
  2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;
  3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
  4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
  5. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);
  6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;
  7. menebak makna dari konteks;
  8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);
  9. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
  10. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
  11. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.
2. Keterampilan berbicara (speaking skills)
Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat:
  1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya;
  2. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
  3. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
  4. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
  5. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
  6. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
  7. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.
3. Keterampilan membaca (reading skills)
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah:
  1. mengenal sistem tulisan yang digunakan;
  2. mengenal kosakata;
  3. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama;
  4. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
  5. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
  6. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi;
  7. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
  8. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
  9. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan;
  10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
  11. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
  12. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.
4. Keterampilan menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu untuk:
  1. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
  2. memilih kata yang tepat;
  3. menggunakan bentuk kata dengan benar;
  4. mengurutkan kta-kata dengan benar;
  5. menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;
  6. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
  7. mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan;
  8. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
  9. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
C. Hubungan Antar aspek Keterampilan berbahasa
Hubungan Antar aspek Keterampilan berbahasa
 Image
1.    Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan Berbicara merupakan dua kegiatan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari Menyimak(mendengarkan) dan berbicara berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Kedua kegiatan ini merupakan proses yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan sebuah media yang disebut Bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.
Hubunganya adalah:
  1. keduanya merupakan kegiatan komunikasi tatap muka langsung dua arah
  2. ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi)
  3. kata-kata anak biasanya ditentukan oleh stimulan yang ditemui (misal kehidupan desa tau kota)
  4. ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa disekitarnya baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat
  5. anak dapat memahami kalimat lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya
  6. meningkatkan menyimak berarti meningkatkan kualitas keterampilan berbicara
  7. ujaran anak baik dan benar bila terbiasa menyimak ujaran yang baik dan benar
  8. berbicara dengan alat peraga membantu penyimak menangkap informasi
2.    Hubungan antara Menyimak dan Membaca
  1. Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi
  2. Perbedaan keduanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, membaca dari sumber tertulis
  3. Keterampilan menyimak mempengaruhi keberhasilan membaca efektif
  4. Pengajaran membaca disampaikan oleh guru secara lisan
  5. Anak yang kesulitan membaca lebih banyak belajar dengan menyimak
  6. Menyimak pemahaman lebih mudah diikuti oleh anak daripada membaca pemahaman
  7. Anak membutuhkan bimbingan dalam menyimak
  8. Kosakata simak yang terbatas berkaitan dengan kesukaran membaca
  9. Ada korelasi antara kosakata baca dan kosakata simak
  10. Pendengaran yang kurang baik merupakan salahsatu penyebab ketidakpahaman dalam  membaca
  11. Menyimak sesuatu secara mendadak tidak lebih baik daripada membaca
  12. Terdapat hubungan antara tujuan menyimak dan kegiatan membaca
3.    Hubungan antara Menyimak dan Menulis
  1. Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak.
  2. Menyimak dapat menimbulkan kreatifitas menulis
  3. Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka seseorang akan memiliki pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah penyimak dapat menulis dengan baik
  4. Keterampilan menulis mendorong seseorang untuk menggunakan kaidah berfikir dalam kegiatan menyimak
4.     Hubungan antara Berbicara dan Membaca
  1. Performansi atau penampilanmembaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan
  2. Ujaran tunaaksara/buta huruf dapat mengganggu pelajaran membaca bagi anak
  3. Ujaran membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca dan membaca membantu meningkatkan bahasa lisan
  4. Kosakata khusus mengenai bahan bacaan perlu dipahami sebelum memulai aktifitas membaca
5.     Hubungan antara Berbicara dan Menulis
  1. Keduanya merupakan alat untuk mengekspresikan makna
  2. Ujaran merupakan dasar bagi ekspresi tulis
  3. Diskusi dapat dilakukan sebelum seseorang menulis tentang topik yang belum dikuasainya
  4. Ekspresi tulis lebih terstruktur, tetap, dan jelas dibandingkan ekspresi lisan
  5. Membuat catatan dan bagan atau kerangka ide yang akan disampaikan dalam suatu pembicaraan akan membantu seseorang dalam mengutarakan idenya kepada pendengar
6.     Hubungan antara Membaca dan Menulis
Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah merupakan proses awal yang melatih dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan bahasa tulis dalam bentuk karya sastra.  Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai berikut :

  1. Membaca (reseptif) dan menulis (produktif)
  2. Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan
  3. Sebelum menulis, seringkali peulis melakukan aktifitas membaca
  4. Dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat catatan, bagan, rangkuman, atau komentar
  5. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis

dapat didownload di 


-------------------------------------------------------------------------------------------------
DUKUNG PROGRAM AMAL